Aku memasuki sebuah gedung yang besar dengan atap segitiga yang meninggi. Hawa dingin menusuk ketika aku melewati pintu lengkung dengan kayu berukir. Pendingin dengan suhu rendah berdiri tegak di delapan penjuru mengepung kursi-kursi panjang berpelitur cokelat gelap. Aku mencelupkan tanganku ke sebuah mangkuk kecil porselen, membuat tanda di kening, dada dan ujung bahu kanan dan kiriku. Beranjak masuk lebih dalam kedalam kulkas raksasa. Aku memilih salah satu kursi, bersujud lurus memandang sebuah kotak-mungkin kulkas yang lebih kecil-, dengan lampu warna merah menyala. Sekali lagi aku menandai kening, dada, dan ujung bahu kanan dan kiriku. Kemudian aku duduk. Hawanya memang begitu dingin seperti di dalam kulkas. Aku agak sedikit heran tentang itu. Aku, dan kurasa semua orang yang ada di luar sana adalah peduduk negara tropis. Tapi sudahlah, mungkin mereka mendamba kehidupan yang dingin. Tidak masalah. Aku mencoba melupakan segala hal tentang kulkas besar, kulkas yang lebih kecil da